Adiwiyata

Nah, sekarang aku mau ngebahas adiwiyata. Gara-gara waktu itu disuruh jadi perwakilan kelas buat ikutan rapat adiwiyata di mesjid, jadi aja, dan jangan salahin aku kalau terus aku jadi nyerococ cas cis cus. Salahin yang waktu itu nyuruh-nyuruh jadi wakil.

Adiwiyata itu berasal dari bahasa Sansekerta, yup, asal bahasa yang sama dengan namaku. Adi=agung, mulia, ideal, sementara wiyata=tempat. Jadi adiwiyata itu kalau menurutku, kurang-lebih artinya tempat yang ideal. Ideal untuk apa? Untuk melakukan aktivitas dan kehidupan kita sehari-hari. Di mana tempat kita melakukan aktivitas dan kehidupan sehari-hari? Ya di lingkungan sekitar kita, lingkungan rumah, sekolah, kantor, pokoknya di lingkungan saat kehadiran kita ada di situ. Tapi, kali ini aku mau fokus ke lingkungan sekolah, kalau ntar buntutnya bercabang ke lingkungan lain itu urusan nanti.

Waktu kemarin rapat di mesjid itu, kita dikasih tau bahwa prinsip dasar adiwiyata itu adalah partisipatif dan berkelanjutan. Baru dari 2 kata ini aja udah ketauan kalau ini ngga bisa cuma dadakan, ujug-ujug, dan dipaksain. Kalau mau bikin sekolah adiwiyata, dengan bahasa yang lain bisa dibilang tempat yang ideal buat belajar, ya harus ada kesadaran dulu dari semua isi sekolah, dari setiap individunya, setiap guru, murid, satpam, orang kantin, pegawai TU, perpus, koperasi, keuangan, dll. Jangan ada kejadian guru marah-marahin murid kelasnya gara-gara piket ngga jalan padahal dirinya sendiri buang sampah dimana aja semau dia, macam orang ga punya otak.

Kalau kesadaran tadi adalah partisipasi no.1, setelah kesadaran mantap baru kita masuk ke partisipasi secara aksi nyata. Buat yang satu ini, harus ada koordinasi dan kerjasama yang baik dari setiap orang. Nah, kayanya cukup sampai di sini dulu, karena idenya udah keluar semua, at least for now. Bye!

Comments