Testimony: KUMON Math
This below is my testimony for Kumon Class Diary as a Completer.
Hola! Saya Renes, panjangnya Rana Renes Rengga. Saya mulai ikut Kumon Math saat kelas 1 SD. Pada awalnya, Ibu saya tidak mengijinkan saya untuk ikut Kumon, tetapi, karena saya ngotot, akhirnya Ibu saya mengijinkan saya untuk ikut, dengan perjanjian bahwa saya harus menyelesaikan Kumon saya sampai akhir, karena kata Ibu, jika saya hanya ikut setengah jalan, apa yang sudah saya usahakan akan sia-sia. Saya setuju. Dan setelah itu, saya berusaha untuk menyelesaikan Kumon Math, meskipun saya membutuhkan waktu 12 tahun. Tapi saya senang karena berhasil menyelesaikannya.
Manfaatnya memang belum begitu terasa saat saya SD, tapi baru terasa ketika masuk SMA, dan untuk persiapan masuk kuliah. Sebelum ikut Kumon, konsentrasi saya gampang pecah. Ada suara sedikit, meleng. Ada orang lewat, meleng lagi. Tapi setelah ikut Kumon, sedikit-sedikit konsentrasi saya meningkat, sampai saya tidak kesulitan berkonsentrasi lagi. Setelah itu, saya mulai merasa percaya diri. Dulu waktu awal ikut saya sama sekali tidak pede, karena untuk narik garis lurus saja saya gabisa. Berkat Kumon juga, di SMA saya bisa mendapat ranking 1 di kelas 11 dan 12. Itulah salah satu hasil dari perjuangan saya di Kumon selama 10 tahun terakhir. Ternyata benar, kerja keras itu buahnya manis.
Ikut Kumon selama 12 tahun membentuk konsentrasi, mental, dan semangat saya. Membuat saya menjadi orang yang tidak mudah menyerah dan tahan banting. Terima kasih banyak buat guru-guru di Kumon, terutama Bu Ita, Bu Anita, dan Bu Susan. Big thanks with hugs juga buat Ibu saya dan perjanjiannya, juga dukungannya. Dan buat kalian murid Kumon yang baca, selesaikaaan Kumon kalian sampe akhir, gaakan nyesel. Dijamin. Juga untuk orang tua yang baca, Pak/Bu, dukung dan semangatin terus anaknya ya, Bapak/Ibu juga gaakan nyesel kalau anaknya selesai Kumonnya. Beneran.
Hola! Saya Renes, panjangnya Rana Renes Rengga. Saya mulai ikut Kumon Math saat kelas 1 SD. Pada awalnya, Ibu saya tidak mengijinkan saya untuk ikut Kumon, tetapi, karena saya ngotot, akhirnya Ibu saya mengijinkan saya untuk ikut, dengan perjanjian bahwa saya harus menyelesaikan Kumon saya sampai akhir, karena kata Ibu, jika saya hanya ikut setengah jalan, apa yang sudah saya usahakan akan sia-sia. Saya setuju. Dan setelah itu, saya berusaha untuk menyelesaikan Kumon Math, meskipun saya membutuhkan waktu 12 tahun. Tapi saya senang karena berhasil menyelesaikannya.
Manfaatnya memang belum begitu terasa saat saya SD, tapi baru terasa ketika masuk SMA, dan untuk persiapan masuk kuliah. Sebelum ikut Kumon, konsentrasi saya gampang pecah. Ada suara sedikit, meleng. Ada orang lewat, meleng lagi. Tapi setelah ikut Kumon, sedikit-sedikit konsentrasi saya meningkat, sampai saya tidak kesulitan berkonsentrasi lagi. Setelah itu, saya mulai merasa percaya diri. Dulu waktu awal ikut saya sama sekali tidak pede, karena untuk narik garis lurus saja saya gabisa. Berkat Kumon juga, di SMA saya bisa mendapat ranking 1 di kelas 11 dan 12. Itulah salah satu hasil dari perjuangan saya di Kumon selama 10 tahun terakhir. Ternyata benar, kerja keras itu buahnya manis.
Ikut Kumon selama 12 tahun membentuk konsentrasi, mental, dan semangat saya. Membuat saya menjadi orang yang tidak mudah menyerah dan tahan banting. Terima kasih banyak buat guru-guru di Kumon, terutama Bu Ita, Bu Anita, dan Bu Susan. Big thanks with hugs juga buat Ibu saya dan perjanjiannya, juga dukungannya. Dan buat kalian murid Kumon yang baca, selesaikaaan Kumon kalian sampe akhir, gaakan nyesel. Dijamin. Juga untuk orang tua yang baca, Pak/Bu, dukung dan semangatin terus anaknya ya, Bapak/Ibu juga gaakan nyesel kalau anaknya selesai Kumonnya. Beneran.